Catatan Perjalanan FLP Sidoarjo, Yuk Kenal Lebih Dekat ...

a. Awal terbentuknya FLP Sidoarjo 
FLP Sidoarjo merupakan salah satu cabang FLP yang ada di wilayah Jawa Timur yang berdiri sejak Agustus 2011 dengan berpedoman pada 3 pilar yaitu keislaman, keorganisasian, dan kepenulisan. Awalnya, organisasi ini dibentuk oleh Kak Rafif Amir dengan beberapa teman dekat di kediamannya yang tidak lain juga sebagai toko buku bernama Cahaya Pustaka. Pertemuan itu dimentorinya sendiri dengan mengenalkan buku-buku dan berdiskusi masalah minat baca dan tulis di kalangan anak muda.
Kak Rafif Amir yang telah mengenal FLP sebelumnya kemudian menginisiasi kelahiran cabang FLP di Sidoarjo dengan membuat kepengurusan sederhana. Diskusi tentang kepenulisan dengan sekelompok orang itu semakin menarik tatkala Kak Rafif memberikan pembinaan untuk peningkatan kualitas tulisan. Setelah saat itu, dilakukan kegiatan rekruitmen anggota baru dan kelas menulis dilakukan dengan modal ajakan dari mulut ke mulut oleh mereka yang merasakan manfaatnya. Giat FLP Sidoarjo terus dilakukan pada dua tahun berikutnya, perlahan-lahan tapi pasti bahkan informasinya kini melalui media sosial. Bermula di toko buku Cahaya Pustaka di Lebo, anggota FLP pun mulai tersebar dari daerah di luar Lebo. Anggota-anggota yang mendaftar berasal dari graha kota, daerah lingkar utara (Buduran), dan lingkar selatan (Candi). Untuk itu, dibuat kegiatan yang semakin variatif agar anggota semakin bersemangat menghasilkan karya-karya terbaiknya.
Dalam waktu yang singkat sekitar empat tahun, anggota FLP Sidoarjo menyusul dari penjuru pelosok utara, barat, timur, dan selatan wilayah Sidoarjo seperti Waru, Lingkar Timur, Porong, Krembung bahkan Krian mendekati Mojokerto berkat upaya tim pengurus yang solid. Kegiatan terbesar yang menghasilkan banyak massa saat itu Cara Asyik Baca dan Bikin Buku. FLP Sidoarjo kemudian mulai merambah kerja sama dengan berbagai pihak pemerintahan terkait untuk saling bersinergi menggerakkan literasi di Sidoarjo. Tidak disangka upaya ini mendapat sambutan baik dari pihak pemerintah setempat. Salah satunya yaitu dinas perpustakaan daerah yang secara terbuka menyilahkan ruang aulanya digunakan kegiatan berliterasi. Demikian dengan Radio Suara Sidoarjo yang rutin menjadi tempat talk show anggota-anggota FLP Sidoarjo dalam menyosialisasikan literasi.
Minat masyarakat Sidoarjo pada FLP semakin berkembang seiring dengan budaya baca-tulis daerah dan arahan dari pemerintah pusat untuk menggaungkan gerakan literasi hingga masuk ke sekolah-sekolah. Oleh karena itu, kemudian banyak siswa dan guru bergabung dengan FLP guna saling bersinergi dan belajar ilmu kepenulisan. Saat ini FLP Sidoarjo telah berjumlah 67 orang dan organisasi ini telah terdaftar sebagai seniman sastra di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sidoarjo.
Satu hal yang membuat FLP Sidoarjo terus bertumbuh dan berkembang serta eksis berkegiatan dan berkarya yaitu kekuatan jaringan. Kekuatan itu menjadi lebih kokoh manakala banyak anggota FLP Sidoarjo yang masuk di instansi terkait sebagai kontributor dan pengurus. Bukan hanya itu, kegiatan FLP saat ini pun tidak melulu soal sastra, tetapi menguatkan solidaritas kemanusiaan seperti program sosial rumah baca, santunan untuk anak-anak panti asuhan dan Palestina. 

b. Peran FLP Pusat dan Wilayah 
Organisasi yang kuat memiliki struktur kepengurusan yang kuat pula. Tentu saja FLP Sidoarjo sebagai cabang menginduk kepada FLP Wilayah dan FLP Pusat. FLP Sidoarjo berada di bawah kontrol FLP Wilayah Jawa Timur yang saat ini (periode 2022-2024) dipimpin oleh Ustaz Muhlisin BK. Sedangkan FLP Wilayah Jawa Timur sendiri pada periode ini berada di bawah kontrol FLP Pusat yang dipimpin oleh Daeng Gegge Mappangewa. Kontroling struktur dari atas ke bawah ini difungsikan dalam rangka mengawasi, mengevaluasi, dan memotivasi agar FLP di bawahnya tetap berada pada visi dan misi organisasi yang telah dirumuskan dalam AD/ART FLP. Sementara dalam pelaksaan kegiatan FLP tidak ada batasan bentuk acara yang harus dilakukan. Hanya saja, kegiatan-kegiatan yang dilakukan mengarah kepada 3 pilar ke-FLP-an. Berpedoman dengan itu, FLP Sidoarjo bergerak dengan membuka satu ranting baru yaitu FLP Ranting Tulangan yang berpusat di SMPN 1 Tulangan, Sidoarjo. Pembentukan FLP ranting diserahkan kepada pengurus FLP cabang dengan memperhatikan aturan yang tercantum dalam AD/ART dan melakukan koordinasi kepada pengurus FLP Wilayah.
c. Pemilihan Ketua Cabang 
Pada awal kepengurusan ini, FLP Sidoarjo diketuai oleh Rafif Amir. Kepengurusan beliau berlangsung kurang lebih selama 2 tahun, yakni tahun 2011 sampai dengan 2013. Ketua FLP Sidoarjo periode selanjutnya adalah Taufik atau lebih dikenal dengan Daud Al-Insyirah melalui pemilihan mufakat. Beliau juga memimpin selama kurang lebih 2 tahun, yakni tahun 2014 sampai dengan 2016. Sehubungan dengan pertambahan jumlah anggota, diadakan musyawarah cabang (muscab) secara terbuka dan terpilih secara mufakat sebagai ketua FLP Sidoarjo periode selanjutnya adalah Ika Safitri Ningsih dengan dua kali periode kepengurusan yaitu 2016-2018 dan periode 2018-2020. Pada 15 Maret 2020 diadakan Musyawarah Cabang dan terpilih Novi Larasati sebagai ketua FLP Sidoarjo untuk kepengurusan tahun 2020-2022. Pada muscab 20 Maret 2022 lalu, terpilih Tyas Wulan Sari sebagai ketua cabang FLP Sidoarjo periode kepengurusan 2022-20024. Dan... di penghujung tahun ini tak terasa hampir 2 tahun saya membersamai FLP Sidoarjo...
d. Divisi-divisi Organisasi FLP Sidoarjo 
Divisi Kaderisasi 
Kader atau anggota adalah aset yang sangat penting untuk menggerakkan dan mengembangkan organisasi. Seorang anggota yang berkualitas adalah seorang yang memahami gerak organisasi dengan baik dan memiliki ruhiyah yang stabil. Ketika seorang anggota mampu dibina untuk memahami nilai dan ritme organisasi maka ia akan mempunyai rasa kepemilikan dan tangguh menghadapi segala tantangan berorganisasi. Hanya saja fenomena yang ada sekarang, bahkan di tubuh FLP Sidoarjo sendiri masih dijumpai adanya penurunan kualitas anggota. Mengapa? Jika dicermati lebih lanjut, sesungguhnya saya melihat kualitas anggota tidak menurun, buktinya masing-masing dari anggota banyak yang meraih prestasi di lingkungannya, hanya saja yang terjadi adalah semakin banyaknya jumlah anggota yang bergabung dalam organisasi dan konsekuensi dari jumlah yang besar itu adalah kualitas yang belum tentu merata, apalagi jika pola manajemen kaderisasi belum rapi. Oleh karena itu, divisi kaderisasi selalu berbenah untuk menjalankan tugas kedivisiannya lebih optimal. 

Adapun metode yang selama ini dilakukan antara lain: 
1. Kajian KeIslaman Rutin 
Salah satu pilar FLP adalah KeIslaman. Sebagai seorang penulis yang berkeadaban, perlu kiranya anggota dibekali iman dan takwa agar tidak terpengaruh oleh maraknya karya-karya yang merusak seperti tulisan berbau pornografi, hoaks, dan penodaan SARA. Meski belum dapat terlaksana rutin tiap pekan, dengan intensitas kajian Islam sebulan sekali, anggota FLP Sidoarjo diharapkan dapat memahami dasar-dasar yang mendasar dari Islam itu sendiri. Materi-materi seperti mengenal Allah, kecintaan kepada Rasulullah, menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup hingga bagaimana menjadi penulis yang berprinsip menyiarkan kebaikan terus diberikan kepada anggota dengan beragam variasi tema melalui kajian offline maupun online. Diskusi kajian lebih menjangkau semua anggota (yang saat ini berjumlah 67 orang) ketika dilakukan melalui whatsapp grup. Sebab bisa dipastikan semua anggota akan membuka tumpukan chat dalam grup FLP Sidoarjo. Kendati dibaca atau tidak, saya yakin ada beberapa postingan tulisan yang pasti akan dibaca oleh anggota. Adapun pemateri kajian KeIslaman kebanyakan berasal dari anggota FLP sendiri yang kebetulan belajar di pondok dan telah banyak mengisi kajian di daerahnya. 

2. Silaturahmi Cabang 
Islam mengajarkan untuk selalu bersilaturahmi, mengunjungi teman, keluarga, dan tetangga untuk menyambung tali persaudaraan. Mengapa? Sebab manusia harus saling bersaudara meskipun berbeda latar belakang apapun karena kita diciptakan untuk saling membutuhkan. Dalam berinteraksi, terkadang manusia tidak menyadari adanya perbuatan dosa yang dilakukan kepada orang lain. Menjaga keharmonisan dengan cara saling memaafkan saat bersilaturahmi dapat menjalin kerukunan dalam hubungan keluarga, relasi, masyarakat. Untuk itulah, divisi kaderisasi mengadakan silaturami cabang dengan harapan seluruh anggota dapat berkumpul, bertanya kabar, dan sekedar berdiskusi permasalahan organisasi sehingga menguatkan tautan hati kader-kader FLP. 

3. Ramadan dan Halal bi Halal 
Upaya menjaga kualitas anggota juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan momen-momen bersejarah dalam kalender hijriyah salah satunya bulan ramadan. Kegiatan yang dapat mendekatkan ukhuwah dan meningkatkan iman takwa anggota misalnya berbagi kisah dan bahagia ke panti asuhan, menyebar takjil di jalan sekitar, serta ramadan challenge. Ramadan challenge merupakan kompetisi sederhana antar anggota meliputi pencapaian tilawah terbanyak selama ramadan, jumlah mengikuti kajian keislaman, update quotes atau cerita menarik seputar ramadan di media sosial masing-masing sampai produktif membaca buku. Challenge dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan anggota, dalam hal ini berupa kegiatan yang membangkitkan semangat anggota untuk berbuat kebaikan. Agar lebih meriah, divisi kader perlu memberikan hadiah istimewa bagi anggota dengan pencapaian terbaik di akhir bulan ramadan. Momen pemberian hadiah biasanya dilakukan sekaligus momen halal bi halal untuk saling bermaafan, makan bersama dan bercerita keseruan selama merayakan hari kemenangan. 

4. Open Recruitmen Anggota Baru 
Divisi kaderisasi berperan aktif dalam mencetak kader-kader FLP yang minat dalam karya dan organisasi. Dewasa ini untuk mencetak kader yang kuat dalam keduanya (karya dan organisasi) sangat mengalami kemunduran. Pasalnya banyak orang tertarik bergabung di FLP sebab kepenulisannya saja (kekaryaan), tapi tidak untuk terlibat aktif dalam keorganisasian. Padahal mau tidak mau, organisasi harus mengalami regenerasi kepengurusan guna membuat desain kegiatan yang terus berkelanjutan agar lebih bermanfaat bagi masyarakat. Namun, kenyataannya tidak demikian. Kebanyakan, orang bergabung di FLP hanya ingin menimba ilmu kepenulisan dan berkarya sehingga dikenal orang banyak. Alhasil, terjadi kemerosotan kerja-kerja organisasi yang hanya diikuti oleh secuil anggota saja. Sudah saatnya, divisi kaderisasi berpikir bagaimana agar seorang yang bergabung di FLP dengan alasan ingin belajar menulis meski saat itu belum bisa menulis dan dengan mengikuti alur kaderisasi yang dibuat ia akan menjadi seorang penulis yang produktif dan militan serta loyal dalam berorganisasi.

Divisi Karya 
Jika ruh seorang penulis berkeadaban ada pada iman dan takwanya, maka wujud dari jiwa yang kuat itu adalah karya tulisannya yang selalu menjadi syiar kebaikan bagi pembacanya. Inti dari FLP adalah bagaimana seseorang dapat menghasilkan karya-karya yang menbangun, menginspirasi, dan positif bagi penikmatnya. 

Divisi karya dibentuk untuk menampung keinginan anggota terkait materi apa saja yang diharapkan dapat dipelajari kemudian diaplikasikan menjadi sebuah karya baik itu karya bersama atau karya perorangan. Divisi karya juga menjadi motor agar anggota terus produktif melahirkan tulisan-tulisan yang positif. 

Kegiatan yang dapat dikembangkan oleh divisi karya berupa konseling karya lomba. Konseling karya yang pernah dilakukan FLP Sidoarjo yaitu konseling artikel bertema “Strategi Penulis Menghadapi COVID-19”. Ada pula sesi sharing bertema lokal konten oleh anggota yang pernah memenangkan lomba lokal konten di tahun sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk mempersiapkan anggota-anggota yang ingin mengikuti lomba serupa. Selain kegiatan konseling, divisi karya juga mengadakan bengkel karya untuk membedah karya bagi anggota yang ingin tulisannya diberikan masukan agar tulisan-tulisan yang dihasilkan menjadi lebih baik lagi. Bengkel karya setidaknya terlaksana rutin setiap bulan di wag tanpa membubuhkan nama pemilik karya agar memudahkan pengkritik memberikan masukan kepada pemilik karya. 

Ada banyak langkah yang bisa ditempuh sebagai divisi karya selain membuka konseling. Contoh lainnya yaitu membuat klub buku untuk meningkatkan budaya membaca. Kegiatan ini bisa dimodifikasi dengan menggelar buku di alun-alun lalu membaca berkelompok atau membuat challenge one day one page di gawai. Menggelar buku di alun-alun akan memikat siapa saja yang sedang menikmati liburan bersama keluarga untuk turut membaca buku atau setidaknya melihat-lihat gerai buku yang digelar. Sementara challenge one day one page biasanya dilakukan di wag dengan mengikuti ketentuan yang telah dibuat oleh admin. Anggota-anggota yang mengikuti challenge ini diberlakukan reward dan punishment agar semangat membacanya terus terjaga. 

Tak hanya membuat kegiatan literasi rutin, divisi karya juga mengarsip karya-karya anggota setiap tahunnya untuk melihat produktivitas anggota FLP. Untuk mendongkrak produktivitas tersebut, perlu dibuat pula kegiatan insidental berupa seminar kepenulisan yang bahkan jangkauannya diperuntukan umum dengan tujuan mengenalkan FLP di masyarakat. Adapun untuk menjaga konsistensi karya anggota, divisi karya juga membuka peluang-peluang pemuatan karya anggota di blog resmi organisasi dengan memberikan reward bagi penulisnya.

Divisi Humas 
Membangun jaringan merupakan sebuah langkah maju untuk mengembangkan organisasi. Jaringan yang dimaksud adalah pihak-pihak yang bisa dijadikan partner dalam bekerjasama untuk membesarkan organisasi atau setidaknya sebagai supporter dari organisasi. Dalam membangun jaringan sebuah organisasi, tentu perlu dipersiapkan kader atau tim yang bisa fokus membangunnya dengan amunisi yang dimiliki organisasi. Tim inilah yang disebut divisi humas dalam tubuh FLP Sidoarjo. 

Mereka-mereka yang terlibat di divisi humas sebaiknya memiliki kemampuan komunikasi yang baik, adaptif, dan etika publik yang bisa diterima oleh siapapun terlebih berinteraksi di dunia digital. Disamping itu, tim humas seyogyanya memiliki keterampilan dalam bidang desain informasi di media sosial seperti terampil membuat flyer, konten videografi, dan semacamnya. Sebab, hasil dari keterampilan tersebut akan menjadi produk amunisi yang akan digunakan sebagai syiar organisasi. 

Kegiatan yang dilakukan divisi humas rencananya meliputi: 
1. Pengelolaan media sosial seperti website, instagram, facebook, twitter, dan youtube. 
2. Pengumuman kegiatan di FLP Sidoarjo, baik itu peringatan hari besar, program kerja dari semua divisi maupun penghargaan pada anggota FLP Sidoarjo yang berprestasi di dunia literasi. 
3. Sharing online melalui berbagai platform dan wawancara dalam acara live terkait literasi. 
4. Menjalin kerjasama dengan penulis, penerbit, media massa, perpustakaan, dewan kesenian, dinas instansi pemerintah maupun swasta dan sekolah di sekitar Sidoarjo. 

Sejauh ini, peran publik yang sudah pernah dilakukan organisasi FLP Sidoarjo antara lain: 
 Mengadakan seminar kepenulisan untuk masyarakat umum di Sidoarjo setiap tahunnya. 
 Bersinergi dan bekerja sama untuk mengadakan kegiatan-kegiatan kepenulisan dengan beberapa lembaga atau komunitas yang bergerak di bidang literasi di kabupaten Sidoarjo seperti Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sidoarjo, Perpustakaan Umum Daerah Sidoarjo, Bait Kata, Malam Puisi Sidoarjo, Sidoarjo Creative Forum, Dewan Kesenian Sidoarjo, Balai Bahasa Jawa Timur, dan Masjid Agung Sidoarjo. Sedangkan di lingkungan sekolah, FLP Sidoarjo juga berkolaborasi dengan SMK Plus NU Sidoarjo, SMPN 1 Tulangan Sidoarjo, SDIT-SMPIT Insan Kamil Sidoarjo, SMPIT Bumi Sholawat Sidoarjo, SMP Al-Fallah Deltasari Sidoarjo dan IGI (Ikatan Guru Indonesia) wilayah Sidoarjo. 
 Siaran di Radio Suara Sidoarjo setiap dua minggu sekali membahas tentang seputar literasi sejak tahun 2018. 
 Siaran di Radio Pramuka Sidoarjo setiap Jumat atau menyesuaikan dengan tema literasi yang rencananya selama tahun 2020. 
 Berbagi buku gratis kepada anak yatim piatu di panti asuhan pada bulan Ramadan. 
 Buka puasa bersama anak yatim dan membagi takjil keliling setiap Ramadan. Sekali lagi, peran divisi humas tentu berkaitan erat dengan divisi-divisi yang lain. Divisi karya, kaderisasi, litbang, dan bisnis kerap memanfaatkan jasa tim humas untuk membuat publikasi. Alhasil semua program kerja organisasi terkoneksi satu dengan yang lain sehingga menghasilkan output kesuksesan bersama. 

Divisi Bisnis 
Sejarah Islam sangat kaya dengan sejarah para saudagar. Hal ini menandakan bahwa dakwah Islam sangat beriringan dengan ekspedisi perniagaan. Bunda Khadijah ra. adalah sosok pendamping Rasulullah yang setia selain menjadi istri dan ibu bagi keturunan Rasulullah, tetapi beliau adalah pebisnis yang sangat terkenal di jazirah Arab. Dengan kekuatan bisnis yang ada, hartanya menjadi penopang sekaligus donatur terbesar dalam syiar dakwah Islam di masa awal-awal perkembangannya. Organisasi nasional di Indonesia yang terbentuk dan menyadari pentingnya kemerdekaan dan perubahan nasib bangsa adalah Sarekat dagang Islam (SDI) yang berdiri tahun 1905 lebih awal 3 tahun dari berdirinya Budi Oetomo 1908. Pendiri SDI adalah seorang tokoh besar di Indonesia yang merupakan seorang ulama, politikus handal, dan saudagar muslim ulung yaitu Kyai Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Sosok ulama besar dan saudagar unggul di seluruh pelosok Nusantara lainnya adalah KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah dan KH. Hasyim Ashari pendiri Nahdatul Ulama. Inilah mengapa dakwah dan dagang tidak bisa dipisahkan karena keduanya adalah bagian dari tonggak syiar agama Islam. Demikian pula organisasi FLP Sidoarjo merujuk untuk mengatur seberapa besar kekuatan materi organisasi agar dapat menjalankan kegiatan-kegiatan yang menunjang literasi berkeadaban di masyarakat. Untuk itulah divisi bisnis dibentuk. 

Divisi bisnis bersama bendahara berperan mengatur perputaran ekonomi dalam organisasi. Upaya-upaya yang dilakukan divisi bisnis seringkali berkolaborasi dengan penerbit buku. Betapa tidak, karena FLP merupakan organisasi yang bergerak dalam dunia kepenulisan. Sampai saat ini pun banyak anggota FLP Sidoarjo yang memiliki penerbitan buku sendiri. Alhasil dalam upaya menyejahterakan anggota pula, divisi bisnis bekerja sama dengan penerbitan anggota mengadakan kegiatan kepenulisan yang selanjutnya dibukukan oleh rekan-rekan. 

Tentu saja pada akhirnya dibuat prosentase keuntungan kedua belah pihak seadil mungkin. Selain itu, divisi bisnis juga menyelenggarakan bazar buku di setiap momen sinergi literasi bersama komunitas lainnya. Acara semacam ini biasanya digelar ketika ada pagelaran seni di Dewan Kesenian Daerah atau di kafe penyelenggara pentas kebudayaan. Sederhananya, bazar buku juga bisa diadakan di alun-alun kota ketika kegiatan read on the road. Apapun jenis kegiatannya, divisi bisnis berpeluang mencari keuntungan berupa dana sebanyak-banyaknya demi keberlangsungan kegiatan organisasi. Pun jenis usaha itu tidak berkaitan dengan literasi, tetapi membuat jaket komunitas atau seragam batik anggota sebagai identitas organisasi, hal itu memungkinkan untuk dilakukan. 

Divisi Litbang dan Rumah Cahaya
Dua divisi yang baru dibentuk di FLP Sidoarjo pada tahun 2022 adalah divisi Litbang dan divisi Rumah Cahaya. Sesuai nama divisinya, Litbang berperan dalam penelitian dan pengembangan sebuah organisasi agar lebih maju dan meluas manfaatnya di kemudian hari. Sebagian besar anggota FLP Sidoarjo menyukai dunia fiksi, padahal notabene mereka seorang pendidik. Kiranya hanya satu atau dua orang saja yang pernah membuat publikasi ilmiah. Meski kewajiban menulis publikasi atau yang disebut jurnal ilmiah bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa terbatas ia seorang akademisi, pada hakikatnya menulis jurnal ilmiah hampir sama seperti mengemas riset dalam sebuah karya sastra. Hanya saja, riset dalam jurnal ilmiah dituangkan ke dalam tulisan runtut sedangkan riset dalam karya sastra melebur menjadi satu kesatuan cerita. Jurnal ilmiah memiliki struktur tersendiri seperti pendahuluan, pembahasan dan kesimpulan. Dan pembuatannya sesuai keaslian data. Itulah mengapa, jika seorang penulis menuliskan publikasi ilmiah berstandar nasional, ia akan mendapatkan pengakuan dari praktisi pendidikan atau lembaga riset. 

Berangkat dari hal tersebut, untuk pertama kalinya divisi Litbang FLP Sidoarjo membuat sebuah upgrading untuk mengenalkan jurnal ilmiah kepada seluruh anggota. Melalui kegiatan itu, berharap ada semacam keseimbangan kemampuan yang dimiliki penulis-penulis muda Sidoarjo. Seminimal tujuan adalah untuk menambah wawasan keilmuan bagi semua anggota. 

Sedangkan divisi Rumah Cahaya atau Rumah Baca Hasilkan Karya merupakan perpustakaan yang didirikan oleh FLP sekaligus sebagai tempat pertemuan anggota. Rumah cahaya tidak hanya menyediakan buku-buku, tetapi juga memiliki program untuk meningkatkan minat baca tulis masyarakat. Dalam penyelenggaraannya, rumah cahaya bisa berkoordinasi dengan divisi yang lain karena sejatinya antar kegiatan satu dan lainnya saling beririsan. Rumah cahaya FLP Sidoarjo telah mendapatkan persetujuan pendirian oleh Rumah Cahaya pusat. Sedangkan di pemerintahan, rumah cahaya masih terdaftar di kelurahan setempat. Dalam perkembangannya nanti, sebaiknya rumah cahaya didaftarkan ke Dikbud Kabupaten/Kota setempat atau ke perpustakaan daerah. Oleh karena itu, rumah cahaya diperbolehkan untuk membuat akta notaris tersendiri terpisah dengan akta notaris FLP. Saat ini memiliki kurang lebih 100 buku yang meliputi buku-buku pengetahuan religi, novel remaja dan anak, ensiklopedia anak, buku-buku antologi, hingga jurnal ilmiah berakreditasi. Sebagian besar buku-buku tersebut berasal dari donator dan hibah buku dari swasta atau perorangan. 

Nah, sampai di sini dulu, beberapa aneka kegiatan FLP Sidoarjo periode 2022-2023 bisa disimak di link berikut: 


Posting Komentar

0 Komentar